Kamis, 14 Januari 2010

autis

Metode Pembelajaran dalam Sekolah Autis

Anak-anak autis memang tidak mungkin bersekolah di sekolah umum. Mereka butuh sekolah yang dapat mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan mereka yang berbeda.

Seperti yang kita tahu, anak autis memiliki kekurangan dalam hal berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Seperti apa tandanya? Tidak mau melihat ketika dipanggil, tidak merespons ketika diajak bicara, lebih suka sendiri, tidak suka berada di tempat yang ramai, tidak fokus pada suatu kegiatan, melakukan kegiatan tanpa suatu tujuan tertentu (misalnya, hanya berlari-larian tanpa henti di satu ruangan), dan memiliki IQ yang tinggi.

"Kalau menemukan anak-anak dengan kondisi itu, maka segera datangi psikolog atau sekolah autis. Kalau tidak, akan makin terlambat dan kemungkinan besar akan terjadi penurunan nilai-nilai akademiknya,'' tutur K. Vijaya, social worker volunteer dari Singapura yang mengajar di D'Knot.

Salah satu sekolah autis yang ada di Indonesia adalah D'Knot. Sekolah yang dipimpin oleh Andi Ridha ini menerapkan suatu metode pembelajaran khusus untuk anak autis. ''Kami menerapkan Individual Education Plan (IEP), atau sering disebut one on one learning (satu guru dan satu murid). Kami juga menempatkan orangtua sebagai partner dalam mengajar,'' papar Andi. Dengan demikian orangtua bisa berkomunikasi dan memantau perkembangan belajar dan terapi si kecil setiap hari.

Di sekolah ini juga terdapat sesi konseling, terapi dan evualuasi periodik (rapor dan laporan terapi) yang melibatkan kerjasama antara orangtua, guru, psikolog, terapis, dan tim ahli.

Agar guru dapat lebih fokus dalam membimbing anak didiknya, jumlah murid dibatasi. Dalam satu kelas maksimum hanya ada 8 murid, dengan 3 orang guru dan seorang asisten. ''Ada parents support group atau pertemuan guru dan orangtua anak autis setiap bulannya untuk bertukar pengalaman,'' tutur Andi.

Terapi standar yang diberikan antara lain evaluasi psikologis, finger print test, terapi wicara, Auditory Verbal Theraphy (AVT), terapi okupasi, speech teraphy, dan bimbingan belajar. Metode lain yang diberikan oleh sekolah yang berlokasi di Tomang, Jakarta Barat ini, adalah Picture Exchange Communication (PEC), yang merupakan metode bagi anak autis yang umumnya sulit berkomunikasi atau enggan berbicara.

''Lewat kartu yang menuliskan kebutuhan dan keinginan mereka, kita akan tahu maksud-maksud mereka. Jadi mereka tidak hanya menarik-narik baju kita jika ingin meminta kita melakukan sesuatu,'' papar Andi.

Selain itu, D'Knot juga menyediakan Nanny Academy yang dapat diikuti pengasuh atau baby sitter si anak. Peran mereka juga sangat dibutuhkan, karena umumnya usai berlibur panjang tanpa mengikuti terapi, anak autis akan mengalami penurunan kemampuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan berkomentar mengandung unsur SARA okeh.. ^.^